Loading....
eleghan
Selasa, 17 Juli 2012
Rabu, 21 Maret 2012
ASKEP DM (Diabetes Mellitus)
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
C. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
D. Patofisiologi/Pathways
E. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena
- Darah kapiler
< 100
<80
<110
<90
100-200
80-200
110-120
90-110
>200
>200
>126
>110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
H. Pengkajian
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
Integritas Ego
Stress, ansietas
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
I. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury
J. Intervensi
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
Kolaborasi dengan ahli diet.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Pantau masukan dan pengeluaran
Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
Kaji tanda vital
Kaji adanya nyeri
Lakukan perawatan luka
Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
Hindarkan lantai yang licin.
Gunakan bed yang rendah.
Orientasikan klien dengan ruangan.
Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002
Kamis, 15 Maret 2012
ASKEP HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
KONSEP DASAR PENYAKIT
I. PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi jika tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
II. EPIDEMIOLOGI
Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Sekitar seperempat jumlah pendududk dewasa menderita hipertensi, dan insidennya lebih tinggi dikalangan Afro-Amerika setelah usia remaja.
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi essensial dan sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu.
III. ETIOLOGI
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
· Stenosis arteri renalis
· Pielonefritis
· Glomerulonefritis
· Tumor-tumor ginjal
· Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
· Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
· Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
· Hiperaldosteronism
· Sindroma Cushing
· Feokromositoma
3. Obat-obatan
· Pil KB
· Kortikosteroid
· Siklosporin
· Eritropoietin
· Kokain
· Penyalahgunaan alkohol
· Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
· Koartasio aorta
· Preeklamsi pada kehamilan
· Porfiria intermiten akut
· Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
1. Peningkatan kecepatan denyut jantung
2. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
3. Peningkatan TPR yang berlangsung lama
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
V. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
VI. MANIFESTASI KLINIS
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
· sakit kepala
· kelelahan
· mual
· muntah
· sesak nafas
· gelisah
· pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
VII. KLASIFIKASI
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *
Kategori Sistolik
(mmhg) Diastolik
(mmhg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi †
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110
Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan ( pregnancy-induced hypertension, PIH ) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara drastis. Pada wanita sehat, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat menyebabkan kejang,koma, dan kematian.
VIII. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah diantaranya :
· Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack (TIA).
· Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
· Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
· Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupi
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi :
· Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL
· Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.
· Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)
· Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan
X. PENATALAKSANAAN
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak
3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
· Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
· Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
· Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
· Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
· Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
· Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
· Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : kelemehan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
SIRKULASI
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin berhubungna dengan regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis ; perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular. Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer) ; pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi)
INTEGRITAS EGO
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
ELIMINASI
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal dimasa lalu)
MAKANAN/CAIRAN
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu); kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik)
NEUROSENSORI
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ). Episode kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur). Episode epistaksis.
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan /atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya hipertensi.
NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/massa (feokromositoma)
PERNAPASAN
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas tambahan (krekles/mengi). Sianosis.
KEAMANAN
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien. Hipotensi posturnal.
PEMBELAJARAN/PENYULUHAN
Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit serebrovaskular/ginjal.
Faktor-faktor risiko etnik : seperti orang Afrika-Amerika, Asia tenggara. Penggunaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat/alcohol.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh darah.
Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan iskemia miokard
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan cairan intravaskular
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis situasional
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan dengan Misinterpretasi informasi
Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan ganda ( diplopia )
Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan
III. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1 Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat mencapai atau mempertahankan tingkat umum sadar penuh,bebas dari gejala atau komplikasi neurologis merugikan dengan kriteria hasil :
§ Pasien dapat mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil
1. Pantau TD, catat adanya hipertensi sistolik secara terus menerus dan tekanan nadi yang semakin berat.
2. Pantau frekuensi jantung, catat adanya Bradikardi, Tacikardia atau bentuk Disritmia lainnya.
3. Pantau pernapasan meliputi pola dan iramanya.
4. Catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya
5. Berikan obat anti hipertensif misal diazoksida (hiperstat) dan hidralazin (apresolin) · Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan pada saat ada fluktuasi TD sistemik. Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan kerusakan vaskularisasi serebral lokal/menyebar.
· Perubahan pada ritme (paling sering Bradikardi) dan Disritmia dapat timbul yang mencerminkan adanya depresi/trauma pada batang otak pada pasien yang tidak memiliki kelainan jantung sebelumnya.
· Napas yang tidak teratur dapat menunjukkan lokasi adanya gangguan serebral dan memerlukan intervensi yang lebih lanjut.
· Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi penyebaran/luasnya dan perkembangan dari kerusakan serebral.
· Efektif dalam menurunkan tekanan darah untuk mencegah krisis hipertensif yang dapat dihubungkan dengan intoksifikasi PCP.
2 Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, dengan kriteria hasil :
§ Pasien menunjukkan perubahan pola makan
§ Mempertahankan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
§ Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual 1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masuka kalori dan batasi batasan lemak, garam dan gula
3. Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
5. Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi · Kegemukan adalah risiko tambahan terhadap tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantungberkaitan dengan peningkatan masa tubuh
· kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan, yang merupakan predisposisi hipertensi. Kelebiah masukan garam memperbanyak volume cairan intravaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk kondisi
· motivasi untuk.menurunkan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan bila tidak maka program tidak akan berhasil
.
· Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diet terakhir. membantu dalam menentukan individu untuk penyesuaian/penyuluhan
· Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual
3 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran,BB stabil, tanda vital dalam rentang normal dan tak ada oedema dengan kriteria hasil :
§ Menyatakan pemahaman diet individu/pembatasan cairan 1. Awasi denyut jantung, TD, CVP
2. Catat pemasukan dan pengeluaran secara akurat.
3. Awasi berat jenis urine
4. Timbang tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama
5. Kaji kulit, wajah area tergantung untuk edema
6. Berikan obat sesuai indikasi (diuretik) · Tacikardi dan hipertensi terjadi karena 1. Kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine, 2. Pembatasan cairan berlebih selama mengobati hipovolemia/hipotensi atau perubahan fase oliguri gagal ginjal dan 3. Perubahan pada renin-angiotensin.
· Perlu untuk menentukan fungsi gnjal, kebutuhan penggantian cairan
· Mengukur kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan urine
· Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan status cairan terbaru. Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg per hari diduga ada retensi cairan.
· Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh contoh : tangan, kaki, area lumbosakral
· Membantu dalam pengeluaran cairan
4 Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan iskemia miokard Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien Nyeri terkontrol dengan kriteria hasil :
§ Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
§ Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
§ Skala nyri 0-1
§ Wajah pasien tidak meringis 1. Observasi derajat nyeri
2. Pertahankan tirah baring selama fase akut
3. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala atau nyeri dada misal, kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, teknik relaksasi ( panduan imajinasi, distraksi ) dan aktivitas waktu senggang.
4. Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya, mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.
5. Kaji tanda-tanda vital
6. Kolaborasi :
- Analgesik
- Antiansietas mis, lorazepam, diazepam · Mengetahui derajat nyeri yang dirasakan pasien dan mempermudah intervensi selanjutnya
· Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
· Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat/ memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
· Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya penigkatan tekanan vaskular serebral.
· Mengetahui keadaan umum pasien. Peningkatan tanda-tanda vital mengindikasikan nyeri belum dapat terkontrol.
· Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.
· Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang diperberat oleh stres.
5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperukan dengan kriteria hasil :
§ Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
§ Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi 1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat, peningkatan tekanan darah yang nyata selama /sesudah aktivitas, dpsnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang berlebihan, diaforesis, pusing atau pingsan
2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi , misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menggosok gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan
3. Kaji sejauh mana aktivitas yang dapat ditoleransi
4. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi · Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stres aktivitas dan bila ada, merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas
· Teknik menghemat energi mengurangi pengguanan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
· Mengidentifikasi sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas dan perawatan diri.
· Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan hanya akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
6 Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tampak rileks
Kriteria hasil:
§ Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
§ Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya
1. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
2. Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang tenang. Mengakui atau menjawab kekhawatirannya dan mengizinkan perilaku pasien yang umum.
3. Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh pasien
4. Bicara singkat dengan kata sederhana.
5. Kurangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi lampu yang terlalu terang, kurangi orang jumlah orang yang berhubungan dengan pasien
· Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang kedalam keadaan panik dapat menimbulkan perasaan terancam, ketidakmampuan untuk berbicara dan bergerak.
· Menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa walaupun perasaan pasien diluar kontrol lingkungannya tetap aman
· Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi yang dapat berperan pada reaksi ansietas
· Rentang perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi berkurang yang membatasi kemampuan untuk menerima informasi.
· Menciptakan lingkungan yang terapiutik
7 Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis situasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu mengidentifikasi perilaku koping efektif dengan kriteria hasil :
§ Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
§ Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk menghindari atau mengubahnya.
§ Mendemonstrasikan pengguanaan keterampilan atau metode koping efektif 1. kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misal, kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan dalam partisipasi dalam rencana pengobatan
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
3. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan
4. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan ” apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?”
5. Bantu pasien utuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan daripada membatalkan tujuan diri/keluarga · Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari
· Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indikator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolik
· Keterlibatan memberikan pasien perasan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik
· Fokus perhatian pasien terhadap realitas situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan.
· Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.
8 Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan dengan Misinterpretasi informasi
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan dengan kriteria hasil :
§ Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan
§ Mempertahankan TD dalam parameter normal
1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat
2. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
3. Hindari mengatakan TD ” normal ” dan gunakan istilah ” terkontrol dengan baik ” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan.
4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskuler yang dapa diubah misal, obesitas, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, pola hidup monoton,merokok, minum alkohol, pola hidup penuh stres.
5. Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi faktor-faktor penyebab Hipertensi
6. Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok.
· Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosakarena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila pasien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.
· Pemahaman bahwa tekanan darah tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.
· Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka dengan penyampaian ide ”terkotrol” akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi.
· Faktor-faktor risiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.
· Dengan mengubah pola perilaku yang ”biasa/memberikan rasa aman”akan sangat menyusahkan. Dukungan, petunjuk dan empati dapat meningkatkan keberhasilan pasien dalam menyelesaikan tugas
· Nikotin meningkatkan pelepasan ketokolamin, mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, TD, dan vasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan, dan meningkatkan beban kerja miokardium.
9 Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh darah. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/ beban kerja jantung dengan criteria hasil :
§ Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima
§ Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung yang stabil dalam rentang normal pasien 1. Pantau TD. Ukur pada kedua tangan/ paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
4. Amati warnakulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/ kursi, jadwal periode istirahat tanpa gangguan, bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas / keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
7. Kolaborasi :
- Berikan obat-obat sesuai indikasi seperti Diuretik tiazid dan vasodilator · Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/ bidang masalah vaskular. Hipertensi diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolik sampai 130, hasil pengukuran diastolik di atas 130 dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensisistolik juga merupakan faktor risiko yang ditentukan untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolik 90-115.
· Denyutan karotis ,jugularis,radialis dan femoralis mungkin terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi ( peningkatan SVR ) dan kongesti vena
· S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium. Adanya krakel, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik
· Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
· Menurunkan stres dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi
· Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis; meningkatkan relaksasi.
· Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan obat lain untuk menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal yang relatif normal. Diuretik ini memperkuat agen-agen antihipertensi lain dengan membatasi retensi cairan. Vasodilator menurunkan aktivitas kontriksi arteri dan vena pada ujung saraf simpatik.
10 Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan ganda ( diplopia )
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami suatu injury dalam perawatan di rumah sakit maupun di rumah dengan kriteria hasil :
- Pasien tidak mengalami cedera.
1. Jauhkan dari benda-benda tajam
2. Berikan penerangan yang cukup
3. Usahakan lantai tidak licin dan basah
4. Pasang side rail
5. Anjurkan pada keluarga klien untuk selalu menemani klien dalam beraktivitas · Meminimalkan risiko cedera
· Meminimalkan terjadinya benturan
· Meminimalkan klien jatuh
· Menghindari klien terjatuh pada saat istirahat
· Untuk meningkatkan menjaga keamanan
IV. EVALUASI
Dx 1: Pasien dapat mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil
Dx 2: Pasien menunjukkan perubahan pola makan
Mempertahankan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual
Dx 3: Pasien menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran,BB stabil, tanda vital dalam rentang normal dan tak ada oedema
Menyatakan pemahaman diet individu/pembatasan cairan
Dx.4: Pasien mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
Skala nyri 0-1
Wajah pasien tidak meringis
Dx.5:Pasien tampak rileks
Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya
Dx.6 : Pasien tampak rileks
Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya
Dx.7 : Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk menghindari atau mengubahnya.
Mendemonstrasikan pengguanaan keterampilan atau metode kopi
Dx.8 : Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan
Mempertahankan TD dalam parameter normal
Dx.9 : Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung yang stabil dalam rentang normal pasien
Dx.10 : Pasien tidak mengalami cedera.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien edisi 3. Jakarta :EGC
Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume 1. Jakarta ;EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta :EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi
http://www.ningharmanto.com/2009/01/hipertensi/
Langganan:
Postingan (Atom)